Budaya

Macam-Macam Majas Beserta Penjelasan dan Contoh

Posbaru – Halo Kawan, kali ini dalam artikel ini kita akan membahas macam-macam majas tentunya dengan contoh dan penjelasan, agar memudahkan kalian memahami “Apa itu Majas ?”.

Pengertian

Majas merupakan salah satu bentuk gaya bahasa dalam sebuah kalimat yang bertujuan agar kalimat tersebut lebih hidup.

Menurut Wikipedia, pengertian majas adalah gaya bahasa yakni pemanfaatan kekayaan bahasa, penggunaan ragam tertentu bertujuan memperoleh efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup baik secara lisan maupun tulisan.

Majas biasanya melakukan penyimpangan dari makna suatu kata yang biasa digunakan, sebagai contohnya kata “ringan tangan” yang jika melihat dari makna sebenarnya berarti anggota tubuh yakni tangan yang bobotnya ringan, namun jika dalam kalimat tertulis “jangan ringan tangan pada orang lain” maka makna sebenarnya akan hilang dan berubah menjadi “gampang memukul”.

Macam-Macam Majas

1. Majas Perbandingan

Digunakan untuk membandingkan sesuatu atau suatu objek dengan objek yang lainnya melalui proses penyamaan, pelebihan atau penggantian. Majas ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis yakni.

a. Personifikasi : Seakan menggantikan fungsi benda mati seperti manusia, contohnya “Hand phone itu seperti melambai padaku dan mengajak diriku untuk memainkan-nya”.
b. Metafora : Menggunakan perumpamaan pada dua hal yang berbeda, contohnya “Dia adalah tangan kanan dari mafia minyak”.
c. Asosiasi : Membandingkan dua objek yang berbeda tapi dianggap sama dengan memberikan kata sambung, contohnya “bapak dan anak itu bagai pinang di belah dua”.
d. Hiperbola : Yakni sebuah ungkapan berlebihan atau tidak masuk akal, contohnya “Kau bagaikan bidadari surga”.
e. Alegori : Majas ini menyatakan dengan ungkapan penggambaran atau kiasan, contohnya “negara ini memiliki nahkoda yang tidak tau arah”.
f. Eufemisme : Mengganti kata yang dianggap kurang baik dengan kata yang lebih halus namun bermakna sama, contohnya “Tempat parkir ini khusus difabel”. Dalam hal ini kata “difabel” menggantikan kata “cacat”.
g. Metonimia : Menyatakan sebuah hal dengan kata lain yang berkaitan, contohnya “Iphone mu sudah ios berapa ?”. dalam hal ini kata “Iphone” adalah pengganti kata “Ponsel Pintar”.
h. Simile : Mirip dengan majas asosiasi namun bukan membandingkan dua objek berbeda tapi menyandingkan suatu kegiatan melalui ungkapan, contohnya “Dilihat dari jauh kemacetan itu seperti semut yang berbaris”.
i. Sinekdok : majas ini terbagi lagi menjadi dua yakni sinekdok pars pro toto (gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan benda) contohnya “mana nih ?, udah jam segini batang hidungnya masih juga belum keliatan” dan sinekdok totem pro parte (gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi) contohnya “Tim kita sudah kalah berturut-turut dalam olimpiade ini”.
j. Simbolik : Membandingkan manusia dengan sikap mahkluk lain dalam sebuah ungkapan, contohnya “Emang dasar tikus suka-nya korupsi”

2. Majas Sindiran

Majas yang menggunakan kata kiasan dan bertujuan untuk menyindir seseorang, perilaku, atau kondisi, dan lain sebagainya. Majas ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu.

a. Ironi : Menggunakan kata yang bertentangan atau bersebrangan dengan fakta. Contohnya “bagus banget mobil-nya pantesan harganya murah”.
b. Sinisme : Sindiran langsung atau disampaikan secara langsung. Contohnya “Kalau kamu nyanyi perutku jadi mual”.
c. Sarkasme : Menyampaikan sindiran dengan cara yang kasar. Contohnya “Kamu memang sampah masyarakat”.

Baca Juga : Cerita Non Fiksi : Contoh, Pengertian, Struktur, Jenis, Ciri-Ciri

3. Majas Penegasan

Gaya bahasa dengan tujuan meningkatkan pengaruh pada pembaca atau pendengar supaya menyetujui sebuah ujaran atau kejadian. Majas ini juga dibagi lagi menjadi beberapa jenis yakni.

a. Pleonasme : Memakai kata bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, tapi hal ini disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contohnya “Keluar dari ruangan itu, mukanya langsung senyum-senyum”.
b. Repitisi : Mengulang kata dalam sebuah kalimat. Contohnya “Kamu Jahat, Kamu Playboy, Kamu emang tukang selingkuh”.
c. Retorika : Memberi penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab. Contohnya “Memang-nya yang terbukti korupsi tidak mengambil uang negara ?”.
d. Klimaks : Mengurutkan sesuatu dari tingkat rendah ke tinggi. Contohnya “Dewasa, remaja, hingga anak-anak menyukai jajanan tradisional ini”.
e. Antiklimaks : Menegaskan sesuatu dengan mengurutkan sebuah tingkatan dari rendah ke tinggi. Contohnya “Semua kalangan dari mulai yang kaya, berkecukupan, hingga miskin harus diberikan keadilan yang sama”.
f. Pararelisme : Biasanya terdapat dalam sebuah puisi, dimana gaya bahasa ini mengulang sebuah kata dalam berbagai makna berbeda, yang mana jika pengulangan di awal disebut anafora sementara yang di ulang di akhir di sebut epifora. Contohnya “Kasih yang sabar, Kasih yang lembut, Kasih yang Memaafkan”.
g. Tautologi : memakai kata sinonim untuk menegaskan suatu kondisi atau ujaran. Contohnya “Bahagia datang jika semua saling menyayangi, mengasihi, mencintai”.

4. Majas Pertentangan

Menggunakan kata kiasan yang bertentangan dengan maksud aslinya, majas ini juga terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu.

a. Litotes : Ungkapan rendah diri yang berbeda dengan fakta. Contohnya “Ayo datang ke gubuk kami yang jelek”.
b. Paradoks : Membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi kebalikannya. Contohnya “Lebaran yang penuh dengan kebersamaan ini aku rayakan sendiri.”
c. Antitesis : Memadukan pasangan kata dengan arti bertentangan. Contohnya “Makanan ini digemari oleh tua-muda”.
d. Kontradiksi Interminis : Menyangkal ujaran yang sudah dipaparkan sebelumnya dan biasanya diikuti dengan konjungsi. Contohnya “Semua rakyat cukup gizi-nya, kecuali yang miskin”.

Itulah macam-macam majas beserta sub jenis, contoh dan penjelasan yang secara umum banyak dipelajari.

Back to top button